Buat anda yang pengen hasil tambahan tapi males kerja, disini tempat yang pas untuk investasi uang anda.. Admin profesional dan terbukti membayar tepat waktu komisi anda, jadi yang masih belum bergabung atau masih ragu segera join disini bersama saya Ada Cashback khusus hari ini 50.000 sms ke 085222501969 gbg klik benner dibawah ini bisnis  internet

PTC Baru Milik YAHOO! Bisa Dapat 0.08$ Per hari ! 0.01$per Reff click Ayo Gabung Klik Benner

Renungan

Renungan Kita : Dari Air Kita Belajar Ketenangan... Dari Batu kita Belajar Ketegaran... Dari Tanah kita Belajar Kehidupan... Dari Kupu-kupu kita Belajar Merubah Diri... Dari Padi kita Belajar Rendah Hati... Dari Allah kita Belajar Tentang Kasih Sayang Yang Sempurna... Melihat Keatas kita Memperoleh Semangat Untuk Maju... Melihat Kebawah kita Bersyukur Atas Semua Yang Ada... Melihat Kesamping kita Semangat Dalam Kebersamaan... Melihat Kebelakang kita Jadikan Pengalaman Yang Berharga untuk dijadikan guru Info Check88.info
JIKA MAU TAHU INFORMASI YANG LAGI TREND, HIT, DAN DAHYAT DI TAHUN 2011 BUKA SAJA DI check88.info

Hakikat Dan Keutamaan Shalat

Tuesday, March 8, 2011

Wahai saudaraku,ketahuilah ahli ilmu billah (orang – orang yang mengenal Allah) selalu beramal dari hakikat amal itu sendiri. Memperhatikan berbagai rahasia ketaatan merupakan metode mereka. Menjaga anggota tubuh agar khusyuk dan tenang,ketika ruku maupun sujud adalah adab mereka dalam shalat

Seorang hamba seharusnya mengetahui bahwa shalat yang ia kerjakan adalah ibarat sebuah hadiah yang ia gunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.Jangalah seseorang meremehkan shalat,sebab Allah akan meremehkannya.Ia harus lebih memperhatikan batinnya dan menyakini bahwa Allah SWT memandang rohaninya sebagaimanan ia memandang jasmaninya.Ketika berada di hadapan Allah SWT ia harus beradab dan mencurahkan seluruh perhatiannya kepda Allah.

Inti,rahasia dan ruh shalat adalah hubungan dan konsentrasi hati kepada Alah SWT tanpa henti.Inilah yang menyebabkan derajat setiap orang dalam shalat berbeda-beda.

Ibnu ‘Abbas RA berkata,”Dua rakaat yang engakau kerjakan dengan tafakur dan usaha untuk memetik pelajaran serta dengan penuh keyakinan adalah lebih baik daripada shalat sepanjang malam dengan hati yang lalai.”

Berbagi bisiskan yang memutuskan hubungan hati dengan Allah SWT akan mengurangi dan menodai shalat.Bisikan hati ada tiga yaitu Khatir,fikr dan ‘azm.Khatir adalah semua biksan yang terlintas tetapi tidak menetap dalam hati.Fikr adalah beberapa khatir yang menetap dalam hati.Dan ‘azm adalah tekad hati untuk mewujudkan fikr.

Ketika mengerjakan shalat manusia harus berusaha memerangi,menolak dan menyingkirkan ketiga jenis bisikan ini agar tidak merusak hubungan hatinya dengan Allah.Ia harus menyingkirkan dalam hatinya sehingga menjadi fikr kemudian ‘azm.Jika hal ini terjadi,maka ia tidak akan memperoleh hakikat shalat.

Sebagaimana menghadapkan wajahnya ke kiblat,seharusnya ia juga harus menghadapkan hatinya kepada Allah SWT.Ia harus tahu bahwa inilah hakikat shalat.Jika seorang hamba lalai ketika menunaikan shalat,maka ia tidak akan memperoleh pahala pada bagian yang ia lalaikan itu,sebagaimana sabda Rosulullah SAW,

Engkau tidak akan memperoleh (pahala) dari shalatmu kecuali apa yang engkau pahami.(Al Hadist)

Selepas shalat hendaknya ia beroda memohon kepentingan agama dan dunianya kepada Allah SWT.Janganlah ia shalat seperti orang yang terpaksa yaitu selepas salam langsung berdiri.Sikap ini menunjukkan bahwa ia sangat lalai.Selepas shalat hendaknya ia duduk membaca tasbih,tahmid dan takbir.Kemudian berdoa dengan khusyuk dan merendahkan diri untuk dirinya,kedua orang tuanya dan kaum muslimin.Di samping itu ia juga harus berusaha menunaikan shalat di awal waktu,sebab hali ini di sunnahkan.


READ MORE - Hakikat Dan Keutamaan Shalat

Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam

Islam adalah satu-satunya agama yang sempurna yang mengatur seluruh sendi kehidupan manusia dan alam semesta. Kegiatan perekonomian manusia juga diatur dalam Islam dengan prinsip illahiyah. Harta yang ada pada kita, sesungguhnya bukan milik manusia, melainkan hanya titipan dari Allah swt agar dimanfaatkan sebaik-baiknya demi kepentingan umat manusia yang pada akhirnya semua akan kembali kepada Allah swt untuk dipertanggungjawabkan.

Pengertian Ekonomi Islam
Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia yang perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam dan didasari dengan tauhid sebagaimana dirangkum dalam rukun iman dan rukun Islam.
Bekerja merupakan suatu kewajiban karena Allah swt memerintahkannya, sebagaimana firman-Nya dalam surat At Taubah ayat 105:
Dan katakanlah, bekerjalah kamu, karena Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang yang beriman akan melihat pekerjaan itu.
Karena kerja membawa pada keampunan, sebagaimana sabada Rasulullah Muhammad saw:
Barang siapa diwaktu sorenya kelelahan karena kerja tangannya, maka di waktu sore itu ia mendapat ampunan.
(HR.Thabrani dan Baihaqi)

Tujuan Ekonomi Islam
Segala aturan yang diturunkan Allah swt dalam system Islam mengarah pada tercapainya kebaikan, kesejahteraan, keutamaan, serta menghapuskan kejahatan, kesengsaraan, dan kerugian pada seluruh ciptaan-Nya. Demikian pula dalam hal ekonomi, tujuannya adalah membantu manusia mencapai kemenangan di dunia dan di akhirat.
Seorang fuqaha asal Mesir bernama Prof.Muhammad Abu Zahrah mengatakan ada tiga sasaran hukum Islam yang menunjukan bahwa Islam diturunkan sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia, yaitu:

1. Penyucian jiwa agar setiap muslim bisa menjadi sumber kebaikan bagi masyarakat dan lingkungannya.

2. Tegaknya keadilan dalam masyarakat. Keadilan yang dimaksud mencakup aspek kehidupan di bidang hukum dan muamalah.

3. Tercapainya maslahah (merupakan puncaknya). Para ulama menyepakati bahwa maslahah yang menjad puncak sasaran di atas mencaku p lima jaminan dasar:

· keselamatan keyakinan agama ( al din)

· kesalamatan jiwa (al nafs)

· keselamatan akal (al aql)

· keselamatan keluarga dan keturunan (al nasl)

· keselamatan harta benda (al mal)

Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam
Secara garis besar ekonomi Islam memiliki beberapa prinsip dasar:

1. Berbagai sumber daya dipandang sebagai pemberian atau titipan dari Allah swt kepada manusia.

2. Islam mengakui pemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu.

3. Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerja sama.

4. Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh segelintir orang saja.

5. Ekonomi Islam menjamin pemilikan masyarakat dan penggunaannya direncanakan untuk kepentingan banyak orang.

6. Seorang mulsim harus takut kepada Allah swt dan hari penentuan di akhirat nanti.

7. Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas (nisab)

8. Islam melarang riba dalam segala bentuk.

Sumber: Buku Saku Lembaga Bisnis Syariah yang diterbitkan oleh Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah.
READ MORE - Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam

Boleh Menjamak Dua Shalat Sebelum Safar

Tuesday, March 1, 2011

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Masalah ini menjadi perdebatan di antara kami dan sahabat-sahabat kami, apakah memang dibolehkan menjamak shalat sedangkan saat itu kita belum bersafar, baru bersafar setelah dua jam kemudian. Penulis sendiri berpendapat bahwa boleh saja menjamak ketika itu jika memang kita khawatir waktu shalat kedua akan habis sehingga kita sulit mengerjakan shalat kedua padahal shalat wajib lebih baik dikerjakan di saat turun dari kendaraan (berbeda halnya dengan shalat sunnah). Mengenai pendapat penulis ini, itu hasil kajian kami selama ini. Mungkin ada  yang akan menyanggah, “Kan kita belum bersafar (masih di sakan atau asrama), hanya baru berniat untuk bersafar, kenapa sudah boleh menjamak?” Agar semakin jelas dan menemukan alasannya, simak penjelasan dalam artikel ini dan simak penjelasan para ulama akan hal ini. Allahumma yassir wa a’in.

Maksud Menjamak Shalat dan Qoshor
Menjamak shalat artinya menggabungkan dua shalat dan dikerjakan di satu waktu. Shalat yang boleh dijamak hanyalah empat shalat, yaitu shalat zhuhur, ‘ashar, maghrib dan ‘isya’. Shalat zhuhur dijamak dengan shalat ‘ashar, sedangkan shalat maghrib dijamak dengan shalat ‘isya’. Sedangkan mengqoshor artinya meringkas shalat yang jumlahnya empat raka’at menjadi dua raka’at. Shalat yang boleh diqoshor hanya tiga shalat, yaitu shalat zhuhur, ‘ashar dan ‘isya, yaitu masing-masing diringkas dari empat raka’at menjadi dua raka’at.
Sebab Bolehnya Menjamak dan Mengqoshor Shalat
Ibnu Taimiyah rahimahullah memberikan pelajaran berharga yang patut kita perhatikan. Beliau rahimahullah berkata,
وَالْقَصْرُ سَبَبُهُ السَّفَرُ خَاصَّةً لَا يَجُوزُ فِي غَيْرِ السَّفَرِ وَأَمَّا الْجَمْعُ فَسَبَبُهُ الْحَاجَةُ وَالْعُذْرُ فَإِذَا احْتَاجَ إلَيْهِ جَمَعَ فِي السَّفَرِ الْقَصِيرِ وَالطَّوِيلِ وَكَذَلِكَ الْجَمْعُ لِلْمَطَرِ وَنَحْوِهِ وَلِلْمَرَضِ وَنَحْوِهِ وَلِغَيْرِ ذَلِكَ مِنْ الْأَسْبَابِ فَإِنَّ الْمَقْصُودَ بِهِ رَفْعُ الْحَرَجِ عَنْ الْأُمَّةِ
Sebab qoshor shalat khusus hanya karena seseorang itu bersafar. Tidak boleh seseorang mengqoshor shalat pada selain safar. Adapun sebab menjamak shalat adalah karena adanya hajat (kebutuhan) dan adanya udzur (halangan). Jika seseorang butuh untuk menjamak shalat, maka ia boleh menjamaknya pada safar yang singkat atau safar yang waktunya lama. Begitu pula seseorang boleh menjamak shalat karena alasan hujan dan kesulitan semacam itu, karena sakit, dan sebab lainnya. Karena ingat sekali lagi, sebab menjamak shalat adalah untuk menghilangkan kesulitan pada kaum muslimin.[1]
Jika kita benar-benar memperhatikan penjelasan di atas, Ibnu Taimiyah rahimahullah menggaris bawahi bahwa sebab kita menjamak shalat adalah karena adanya kebutuhan, bukan karena seseorang itu bersafar. Sehingga tidak setiap safar itu mesti menjamak shalat. Keringanan yang khusus ada pada safar adalah mengqoshor shalat. Moga Allah mudahkan untuk memahami hal ini.
Mulai Boleh Mengqoshor Shalat Ketika Telah Berpisah dari Negeri
Seorang musafir tidak mendapatkan keringanan safar kecuali jika ia telah keluar dari negerinya. Musafir tersebut terus mendapatkan keringanan safar hingga ia balik lagi ke negerinya. Jadi janganlah musafir tersebut mengqoshor shalat kecuali jika ia telah keluar dari kota atau negerinya (batas kotanya), sehingga tidak boleh ia mengqoshor shalat sedangkan ia masih di sakan, asrama atau rumahnya.
Dalam Syarhul Mumthi’, Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin rahimahullah mengatakan,
ولذلك لا يجوز أن يقصر الصلاة حتى يخرج من البلد
“Oleh karena itu, tidak dibenarkan seseorang mengqoshor shalat sampai ia keluar dari negerinya.”[2]
Demikianlah pendapat jumhur ulama (mayoritas ulama). An Nawawi rahimahullah mengatakan,
ذكرنا أن مذهبنا أنه إذا فارق بنيان البلد قصر ولا يقصر قبل مفارقتها وان فارق منزله وبهذا قال مالك وأبو حنيفة واحمد وجماهير العلماء
“Menurut madzhab kami (Syafi’iyah), seorang musafir baru boleh mengqoshor shalat setelah ia berpisah dari negerinya dan tidak boleh ia mengqoshor shalat sebelum berpisah dari negerinya walaupun ia baru saja keluar dari rumahnya. Demikian hal ini juga menjadi pendapat Malik, Abu Hanifah, Ahmad dan mayoritas (jumhur) ulama.”[3]
Jika Merasa Berat, Boleh Menjamak Shalat Meskipun Masih di Negerinya
Seorang musafir boleh menjamak dua shalat sebelum safar jika ia memang merasa berat menunaikan shalat yang kedua ketika ia dalam perjalanan. Yang tidak diperkenankan dalam kondisi semacam ini adalah mengqoshor shalat. Jadi ketika masih di rumah, baru keinginan untuk bersafar dan merasa sulit mengerjakan shalat kedua saat di perjalanan, maka boleh memajukan shalat kedua ke waktu shalat pertama. Namun ingat tanpa diqoshor, hanya menjamak saja.
Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata,
وتبدأ أحكام السفر إذا فارق المسافر وطنه وخرج من عامر قريته أو مدينته ، ولا يحل لكم أن تجمعوا بين الصلاتين حتى تغادروا البلد إلا أن تخافوا أن لا يتيسر لكم صلاة الثانية أثناء سفركم
“Hukum safar dimulai jika seorang musafir berpisah dari negeri atau kotanya. Begitu pula tidak boleh kalian menjamak dua shalat kecuali setelah ia meninggalkan negerinya. Hal ini dikecualikan jika kalian tidak mudah mengerjakan shalat kedua di perjalanan.”[4] Artinya di sini, Syaikh rahimahullah membolehkan jika sulit atau merasa berat mengerjakan shalat kedua di perjalanan, maka boleh memajukan shalat kedua ke waktu pertama, dilakukan shalat jamak taqdim.
Syaikh Sholeh Al Fauzan hafizhohullah berkata,
وإذا دخل وقت الظهر وأنت لم تبدأ السفر : فإنه يجب عليك أن تصلي صلاة الظهر تمامًا من غير قصر . وأما صلاة العصر : فإن كان سفرك ينتهي وقت العصر ؛ فإنك تصلي العصر تامة في وقتها إذا وصلت ، أما إذا كان السفر يستمر من الظهر إلى بعد غروب الشمس بحيث يخرج وقت العصر وأنت في السفر ، ولا يمكنك النزول لما ذكرت من أن صاحب السيارة لا يوافق على التوقف : فلا مانع من الجمع في هذه الحالة ؛ لأن هذه حالة عذر تبيح الجمع ، ولكن مع الإتمام . إذا صليت العصر مع الظهر جمع تقديم وأنت في بيتك ، وتريد السفر بعدها : فإنك تصلي الظهر والعصر تمامًا كل واحدة أربع ركعات ، ولا بأس بالجمع ؛ لأن الجمع يباح في هذه الحالة ، أما القصر : فإنه لم يبدأ وقته ؛ لأن القصر إنما يجوز بعد مفارقة البنيان الذي هو موطن إقامتك
“Jika telah masuk waktu Zhuhur dan engkau belum memulai safar, maka hendaklah engkau mengerjakan shalat Zhuhur secara sempurna (empat raka’at) tanpa mengqoshor. Adapun shalat ‘Ashar, jika engkau sampai tempat tujuan dan masih mendapati waktu ‘Ashar, maka hendaklah engkau shalat ‘Ashar secara sempurna (empat raka’at) di waktunya. Namun jika safar tersebut berlanjut mulai dari waktu Zhuhur hingga terbenamnya matahari, artinya sampai waktu ‘Ashar berakhir engkau masih di perjalanan dan sama sekali engkau tidak mampu turun dari kendaraan, juga pemilik kendaraan tidak mau untuk berhenti kala itu, maka tidak mengapa engkau menjamak dua shalat dalam kondisi semacam itu. Karena kondisi demikian masih dibolehkan untuk menjamak shalat, akan tetapi jamaknya tetap sempurna (empat raka’at, tanpa diqoshor). Jika ingin melaksanakan shalat ‘Ashar digabung dengan shalat Zhuhur (jamak takdim) sedangkan saat itu engkau masih di rumahmu dan ingin bersafar setelah itu, maka engkau kerjakan shalat Zhuhur dan ‘Ashar secara sempurna yaitu masing-masing empat raka’at, dan tidak mengapa untuk menjamak shalat saat itu. Karena ingat sekali lagi bahwa ini adalah kondisi yang dibolehkan untuk menjamak shalat. Adapun mengqoshor shalat saat itu (masih berada di rumah, belum berangkat safar), maka belum dimulai. Karena qoshor shalat hanya boleh dilakukan setelah berpisah dari negerimu.”[5]
Kata Simpulan
Dari pembahasan di atas, kita bisa tarik kesimpulan bahwa menjamak dua shalat sebelum safar itu dibolehkan dengan syarat merasa sulit mengerjakan shalat kedua di waktunya dan takut waktu shalat kedua itu habis. Namun ketika masih belum bersafar, hanya dibolehkan menjamak shalat tanpa mengqoshornya. Wallahu waliyyut taufiq.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.

Sumber : Artikel http://rumaysho.comsumber
Info Lain : check88.info
READ MORE - Boleh Menjamak Dua Shalat Sebelum Safar

Wanita Yang Berpakian Tapi Sebenarnya Telannya

Saat ini sangat berbeda dengan beberapa tahun silam. Sekarang para wanita sudah banyak yang mulai membuka aurat. Bukan hanya kepala yang dibuka atau telapak kaki, yang di mana kedua bagian ini wajib ditutupi. Namun, sekarang ini sudah banyak yang berani membuka paha dengan memakai celana atau rok setinggi betis. Ya Allah, kepada Engkaulah kami mengadu, melihat kondisi zaman yang semakin rusak ini. Kami tidak tahu beberapa tahun mendatang, mungkin kondisinya akan semakin parah dan lebih parah dari saat ini. Mungkin beberapa tahun lagi, berpakaian ala barat yang transparan dan sangat memamerkan aurat akan menjadi budaya kaum muslimin. Semoga Allah melindungi keluarga kita dan generasi kaum muslimin dari musibah ini.

Tanda Benarnya Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا
Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: [1] Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan [2] para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim no. 2128)
Hadits ini merupakan tanda mukjizat kenabian. Kedua golongan ini sudah ada di zaman kita saat ini. Hadits ini sangat mencela dua golongan semacam ini. Kerusakan seperti ini tidak muncul di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karena sucinya zaman beliau, namun kerusakan ini baru terjadi setelah masa beliau hidup (Lihat Syarh Muslim, 9/240 dan Faidul Qodir, 4/275). Wahai Rabbku. Dan zaman ini lebih nyata lagi terjadi dan kerusakannya lebih parah.

Saudariku, pahamilah makna ‘kasiyatun ‘ariyatun

An Nawawi dalam Syarh Muslim ketika menjelaskan hadits di atas mengatakan bahwa ada beberapa makna kasiyatun ‘ariyatun.
Makna pertama: wanita yang mendapat nikmat Allah, namun enggan bersyukur kepada-Nya.
Makna kedua: wanita yang mengenakan pakaian, namun kosong dari amalan kebaikan dan tidak mau mengutamakan akhiratnya serta enggan melakukan ketaatan kepada Allah.
Makna ketiga: wanita yang menyingkap sebagian anggota tubuhnya, sengaja menampakkan keindahan tubuhnya. Inilah yang dimaksud wanita yang berpakaian tetapi telanjang.
Makna keempat: wanita yang memakai pakaian tipis sehingga nampak bagian dalam tubuhnya. Wanita tersebut berpakaian, namun sebenarnya telanjang. (Lihat Syarh Muslim, 9/240)
Pengertian yang disampaikan An Nawawi di atas, ada yang bermakna konkrit dan ada yang bermakna maknawi (abstrak). Begitu pula dijelaskan oleh ulama lainnya sebagai berikut.
Ibnu ‘Abdil Barr rahimahullah mengatakan, “Makna kasiyatun ‘ariyatun adalah para wanita yang memakai pakaian yang tipis yang menggambarkan bentuk tubuhnya, pakaian tersebut belum menutupi (anggota tubuh yang wajib ditutupi dengan sempurna). Mereka memang berpakaian, namun pada hakikatnya mereka telanjang.” (Jilbab Al Mar’ah Muslimah, 125-126)
Al Munawi dalam Faidul Qodir mengatakan mengenai makna kasiyatun ‘ariyatun, “Senyatanya memang wanita tersebut berpakaian, namun sebenarnya dia telanjang. Karena wanita tersebut mengenakan pakaian yang tipis sehingga dapat menampakkan kulitnya. Makna lainnya adalah dia menampakkan perhiasannya, namun tidak mau mengenakan pakaian takwa. Makna lainnya adalah dia mendapatkan nikmat, namun enggan untuk bersyukur pada Allah. Makna lainnya lagi adalah dia berpakaian, namun kosong dari amalan kebaikan. Makna lainnya lagi adalah dia menutup sebagian badannya, namun dia membuka sebagian anggota tubuhnya (yang wajib ditutupi) untuk menampakkan keindahan dirinya.” (Faidul Qodir, 4/275)
Hal yang sama juga dikatakan oleh Ibnul Jauziy. Beliau mengatakan bahwa makna kasiyatun ‘ariyatun ada tiga makna.
Pertama: wanita yang memakai pakaian tipis, sehingga nampak bagian dalam tubuhnya. Wanita seperti ini memang memakai jilbab, namun sebenarnya dia telanjang.
Kedua: wanita yang membuka sebagian anggota tubuhnya (yang wajib ditutup). Wanita ini sebenarnya telanjang.
Ketiga: wanita yang mendapatkan nikmat Allah, namun kosong dari syukur kepada-Nya. (Kasyful Musykil min Haditsi Ash Shohihain, 1/1031)
Kesimpulannya adalah kasiyatun ‘ariyat dapat kita maknakan: wanita yang memakai pakaian tipis sehingga nampak bagian dalam tubuhnya dan wanita yang membuka sebagian aurat yang wajib dia tutup.

Tidakkah Engkau Takut dengan Ancaman Ini

Lihatlah ancaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Memakaian pakaian tetapi sebenarnya telanjang, dikatakan oleh beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.”
Perhatikanlah saudariku, ancaman ini bukanlah ancaman biasa. Perkara ini bukan perkara sepele. Dosanya bukan hanya dosa kecil. Lihatlah ancaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas. Wanita seperti ini dikatakan tidak akan masuk surga dan bau surga saja tidak akan dicium. Tidakkah kita takut dengan ancaman seperti ini?
An Nawawi rahimahullah menjelaskan maksud sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: ‘wanita tersebut tidak akan masuk surga’. Inti dari penjelasan beliau rahimahullah:
Jika wanita tersebut menghalalkan perbuatan ini yang sebenarnya haram dan dia pun sudah mengetahui keharaman hal ini, namun masih menganggap halal untuk membuka anggota tubuhnya yang wajib ditutup (atau menghalalkan memakai pakaian yang tipis), maka wanita seperti ini kafir, kekal dalam neraka dan dia tidak akan masuk surga selamanya.
Dapat kita maknakan juga bahwa wanita seperti ini tidak akan masuk surga untuk pertama kalinya. Jika memang dia ahlu tauhid, dia nantinya juga akan masuk surga. Wallahu Ta’ala a’lam. (Lihat Syarh Muslim, 9/240)
Jika ancaman ini telah jelas, lalu kenapa sebagian wanita masih membuka auratnya di khalayak ramai dengan memakai rok hanya setinggi betis? Kenapa mereka begitu senangnya memamerkan paha di depan orang lain? Kenapa mereka masih senang memperlihatkan rambut yang wajib ditutupi? Kenapa mereka masih menampakkan telapak kaki yang juga harus ditutupi? Kenapa pula masih memperlihatkan leher?!
Sadarlah, wahai saudariku! Bangkitlah dari kemalasanmu! Taatilah Allah dan Rasul-Nya! Mulailah dari sekarang untuk merubah diri menjadi yang lebih baik ....

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Sumber : Artikel http://rumaysho.comsumber Info Lain : check88.info 
READ MORE - Wanita Yang Berpakian Tapi Sebenarnya Telannya

Agama Islam Merupakan Aqidah Dan Sariat

Tuesday, February 22, 2011

Islam Adalah Agama Yang Sempurna Agama Islam Merupakan Aqidah Dan Sariat. Islam Adalah Agama Yang Sempurna

AGAMA ISLAM Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-UtsaiminAgama Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Dengan Islam, Allah mengakhiri serta menyempurnakan agama-agama lain untuk para hamba-Nya. Dengan Islam pula, Allah menyempurnakan kenikmatan-Nya dan meridhoi Islam sebagai diennya. Oleh karena itu tidak ada lain yang patut diterima, selain Islam.Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman."Artinya : Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi …."[Al-Ahzab:40]" Artinya : Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu …." [Al Maidah : 3]"Artinya : Sesungguhnya agama [yang diridhai] di sisi Allah hanyalah Islam…." [Ali Imran : 19]" Artinya : Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima [agama itu] daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi" [Ali Imran : 85]Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mewajibkan seluruh umat manusia agar memeluk agama Islam karena Allah. Hal ini sebagaimana telah difirmankan-Nya kepada rasul-Nya.â€Å"Artinya : Katakanlah ; "Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi. Tidak ada Tuhan selain Dia. Yang menghidupkan dan mematikan. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya [kitab-kitab-Nya] dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk." [Al A'raaf : 158]Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu dikatakan bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:"Artinya : Demi Tuhan yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidak seorangpun dari umat ini, Yahudi maupun Nashrani, yang mendengar tentangaku, kemudian mati tidak mengimani sesuatu yang aku diutus karenanya, kecuali dia termasuk penghuni neraka." [Hadits Riwayat Muslim]Mengimani Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam artinya membenarkan dengan penuh penerimaan dan kepatuhan terhadap segala yang dibawanya, bukan hanya membenarkan semata. Oleh karena itulah Abu Thalib [paman Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam] dikatakan bukan orang yang mengimani Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, walaupun ia membenarkan apa yang dibawa oleh keponakannya itu dan dia juga mengakui bahwa Islam adalah agama yang terbaik.Agama Islam mencakup seluruh kemaslahatan yang dikandung oleh agama-agama terdahulu. Islam mempunyai keistimewaan, yaitu relevan untuk setiap masa, tempat dan umat.Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman kepada rasul-Nya."Artinya : Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab [yang diturunkan sebelumnya] dan batu ujian terhadap kitab-kitab itu …." [Al Maidah :48]Islam dikatakan relevan untuk setiap masa, tempat dan umat, maksudnya adalah berpegang teguh pada Islam tidak akan menghilangkan kemaslahatan umum di setiap waktu dan tempat. Bahkan dengan Islam, umat akan menjadi baik. Tetapi bukan berarti Islam tunduk pada waktu, tempat dan umat, seperti yang dikehendaki sebagian orang.Agama Islam adalah agama yang benar. Allah menjamin kemenangan kepada orang yang memegangnya dengan baik. Hal ini dikatakan-Nya dalam firman-Nya."Artinya : Dia-lah yang telah mengutus rasul-Nya [dengan membawa] petunjuk [Al-Qur'an] dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai." [At Taubah : 33]"Artinya : Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amalan-amalan yang shaleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa. Dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhoi-Nya untuk mereka dan Dia benar-benar akan menukar [keadaan] mereka sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Barangsiapa yang [tetap] kafir sesudah [janji] itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik." [An Nuur : 55]Agama Islam merupakan aqidah dan syariat. Islam adalah agama yang sempurna dalam aqidah dan syariat, karena:[1]. Memerintahkan bertauhid dan melarang syirik.[2]. Memerintahkan bersikap jujur dan melarang berbuat bohong/dusta.[3]. Memerintahkan berbuat adil[1] dan melarang perbuatan lalim.[4]. Memerintahkan untuk bersikap amanat dan melarang khianat.[5]. Memerintahkan untuk menepati janji dan melarang ingkar janji.[6]. Memerintahkan untuk berbakti kepada ibu-bapak serta melarangmenyakitinya.[7]. Memerintahkan bersilaturahmi/menyambung hubungan dengan kerabatdekat,sertamelarang memutuskannya.[8]. Memerintahkan berbuat baik dengan tetangga dan melarang berbuatjahat kepada mereka.Secara umum Islam memerintahkan agar bermoral baik dan melarang bermoral buruk. Islam juga memerintahkan setiap perbuatan baik, dan melarang perbuatan yang buruk.Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:"Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh [kamu] berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran." [An Nahl : 90][Disalin dari kitab : Syarhu Ushulil Iman, Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Edisi Indonesia: Prinsip-Prinsip Dasar Keimanan. Penerjemah: Ali Makhtum Assalamy. Penerbit: KSA Foreigners Guidance Center In Gassim Zone, halaman : 9-13]_________Foote Note[1] Adil artinya menyamakan yang sama dan membedakan yang berbeda, bukan persamaan secara mutlak seperti yang dikatakan sebagian orang yang mengatakan bahwa Islam adalah agama persamaan yang mutlak. Menyamakan hal-hal yang berbeda merupakan kelaliman yang tidak dianjurkan oleh Islam, dan pelakunyapun tidak terpuji.
artikel terkait yang lainnya disini
Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=703&bagian=0
READ MORE - Agama Islam Merupakan Aqidah Dan Sariat

Rukun Iman Kedua : Iman Kepada Para Malaikat

IMAN KEPADA PARA MALAIKAT Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-UtsaiminMalaikat adalah alam gaib, makhluk, dan hamba Allah Subhanahu wa Ta'ala. Malaikat sama sekali tidak memiliki keistimewaan rububiyah dan uluhiyah. Allah menciptakannya dari cahaya serta memberikan ketaatan yang sempurna serta kekuatan untuk melaksanakan ketaatan itu.Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman."…Artinya : dan malaikat yang ada di sisi-Nya, mereka tidak angkuh untuk menyembah-Nya dan tidak [pula] merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya." [Al Anbiyaa: 19-20]Malaikat berjumlah banyak, dan tidak ada yang dapat menghitungnya, kecuali Allah. Dalam hadits Al Bukhari – Muslim terdapat hadits dari Anas Radhiyallahu 'Anhu tentang kisah mi'raj bahwa Allah telah memperlihatkan al Baitul Ma'mur di langit kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Di dalamnya terdapat 70.000 malaikat yang setiap hari melakukan shalat. Siapapun yang keluar dari tempat itu, tidak kembali lagi.Iman kepada malaikat mengandung empat unsur.[1]. Mengimani wujud mereka.[2]. Mengimani mereka yang kita kenali nama-namanya, seperti Jibril, dan juga terhadap nama-nama malaikat yang tidak kita kenal.[3]. Mengimani sifat-sifat mereka yang kita kenali, seperti sifat bentuk Jibril, sebagaimana yang pernah dilihat Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang mempunyai 600 sayap yang menutup ufuk.Malaikat bisa saja menjelma berwujud seorang lelaki, seperti yang pernah terjadi pada malaikat Jibril tatkala Allah Subhanahu wa Ta'ala mengutusnya kepada Maryam. Jibril menjelma jadi seorang yang sempurna. Demikian pula ketika Jibril datang kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, sewaktu beliau sedang duduk di tengah-tengah para sahabatnya. Jibril datang dengan bentuk seorang lelaki yang berpakaian sangat putih, berambut sangat hitam, tidak terlihat tanda-tanda perjalanannya, dan tidak seorang sahabatpun yang mengenalinya. Jibril duduk dekat Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, menyandarkan kedua lututnya ke lutut Nabi dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua pahanya. Ia bertanya kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tentang Islam, iman, ihsan, hari kiamat, dan tanda-tandanya. Setelah Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menjawab seluruh pertanyaannya, Jibril pergi. Setelah tidak di situ lagi, barulah Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menjelaskan kepada para sahabatnya, "Itu adalah Jibril yang datang untuk mengajarkan agama kalian."Demikian halnya dengan para malaikat yang diutus kepada nabi Ibrahim dan Luth. Mereka menjelma bentuk menjadi lelaki.[4]. Mengimani tugas-tugas yang diperintahkan Allah kepada mereka yang sudah kita ketahui, seperti bacaan tasbih, dan menyembah Allah Subhanahu wa Ta'ala siang-malam tanpa merasa lelah.Di antara mereka ada yang mempunyai tugas-tugas tertentu misalnya.[1]. Malaikat Jibril yang dipercayakan menyampaikan wahyu Allah kepada para nabi dan rasul.[2]. Malaikat Mikail yang diserahi tugas menurunkan hujan dan tumbuh-tumbuhan.[3]. Malaikat Israfil yang diserahi tugas meniup sangkakala di hari kiamat dan kebangkitan makhluk.[4]. Malaikat maut yang diserahi tugas mencabut nyawa orang.[5]. Malaikat yang diserahi tugas menjaga neraka.[6]. Para malaikat yang diserahi janin dalam rahim. Ketika sudah mencapai empat bulan di dalam kandungan, Allah Subhanahu wa Ta'ala mengutus malaikat untuk meniupkan ruh dan menyuruh untuk menulis rezekinya, ajalnya, amalnya, derita, dan bahagianya.[7]. Para malaikat yang diserahi menjaga dan menulis semua perbuatan manusia. Setiap orang dijaga oleh dua malaikat, yang satu pada sisi dari kanan dan yang satunya lagi pada sisi dari kiri.[8]. Para malaikat yang diserahi tugas menanyai mayit. Bila mayit sudah dimasukkan ke dalam kuburnya, maka akan datanglah dua malaikat yang bertanya kepadanya tentang Robbnya, agamanya, dan nabinya.Buah Iman Kepada Malaikat.[1]. Mengetahui keagungan Allah, kekuatan-Nya, dan kekuasaan-Nya. Kebesaran makhluk pada hakikatnya adalah dari keagungan sang Pencipta.[2]. Syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala atas perhatian-Nya terhadap manusia sehingga menugasi malaikat untuk memelihara, mencatat amal-amal dan berbagai kemashlahatannya yang lain.[3]. Cinta kepada para malaikat karena ibadah yang mereka lakukan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.Ada orang yang tersesat mengingkari keberadaan malaikat. Mereka mengatakan bahwa malaikat ibarat "kekuatan kebaikan" yang tersimpan pada makhluk-makhluk. Ini berarti tidak mempercayai Kitabullah, sunnah Rasul-Nya, dan ijma' [konsensus] umat Islam. Allah berfirman."Artinya : Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan [untuk mengurus berbagai macam urusan] yang mempunyai sayap, masing-masing [ada yang] dua, tiga, dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." [Faathir:1]"Artinya : Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka [dan berkata]: "Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar," [tentulah kamu akan merasa ngeri]." [Al Anfaal:50]"…Artinya : Alangkah dasyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim [berada] dalam tekanan-tekanan sakratul maut, sedangkan para malaikat memukul dengan tangannya, [sambil berkata]: "Keluarlah nyawamu …" [Al An'am :93]"…Artinya : Sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata: "Apakah yang telah difirmankan oleh Robbmu" Mereka menjawab: "[Perkataan] yang benar," dan Dia-lah Yang Maha Tinggi lagi Maha Benar." [Saba':23]"…Artinya : Malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu [sambil mengucapkan]: "Salamun 'alaikum bima shabartum [salam sejahtera kepadamu dengan kesabaranmu]." Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu." [Ar Ra'd: 23-24]Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda."Artinya : Apabila Allah mencintai seorang hamba-Nya, Ia memberi tahu Jibril bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala mencintai Fulan, dan menyuruh Jibril untuk mencintainya, maka Jibrilpun mencintainya. Jibril lalu memberi tahu penghuni langit bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala mencintai Fulan dan menyuruh mereka juga untuk mencintainya, maka penghuni langitpun mencintainya. Kemudian ia diterima di atas bumi." [Al Bukhari]Diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda."Artinya : Di setiap hari Jum'at pada setiap pintu masjid para malaikat mencatat satu demi satu orang yang datang. Bila imam sudah duduk [di atas mimbar] mereka menutup buku-bukunya dan datang untuk mendengarkan dzikir [khutbah]."Dari nash-nash ini tampak jelas bahwa para malaikat itu benar-benar ada, bukan kekuatan maknawi yang terdapat dalam diri manusia seperti yang disangka orang-orang sesat. Nash-nash tersebut telah disepakati umat Islam.[Disalin dari kitab Syarhu Ushulil Iman, Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Edisi Indonesia: Prinsip-Prinsip Dasar Keimanan. Penerjemah: Ali Makhtum Assalamy. Penerbit: KSA Foreigners Guidance Center In Gassim Zone, halaman:33-37]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=978&bagian=0
READ MORE - Rukun Iman Kedua : Iman Kepada Para Malaikat

Prinsip prinsip Akidah Islam

PRINSIP AKIDAH ISLAMOlehSyaikh Muhammad bin Shalih Al-UtsaiminAqidah Islam dasarnya adalah iman kepada Allah, iman kepada para malaikat-Nya, iman kepada kitab-kitab-Nya, iman kepada para rasul-Nya, iman kepada hari akhir, dan iman kepada takdir yang baik dan yang buruk. Dasar-dasar ini telah ditunjukkan oleh Kitabullah dan sunnah rasul-Nya Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.Allah berfirman dalam kitab suci-Nya."Artinya : Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatukebaktian, akan tetapi sesunggunya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi ." [Al-Baqarah: 177]Dalam soal takdir, Allah berfirman."Artinya : Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran, dan perintah Kami hanyalah sesuatu menurut ukuran, dan perintah Kami hanyalah satu perkataan seperti kejapan mata." [Al-Qomar: 49-50]Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam juga bersabda dalam sunnahnya sebagai jawaban terhadap malaikat Jibril ketika bertanya tentang iman:" Artinya : Iman adalah engkau mengimani Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari kemudian, dan mengimani takdir yang baik dan yang buruk." [Hadits Riwayat Muslim][Disalin dari kitab Syarhu Ushulil Iman, Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Edisi Indonesia: Prinsip-Prinsip Dasar Keimanan. Penerjemah: Ali Makhtum Assalamy. Penerbit: KSA -Foreigners Guidance Center In Gassim Zone, halaman: 17-18]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=747&bagian=0
READ MORE - Prinsip prinsip Akidah Islam

Definisi Sunnah

Sunday, February 20, 2011

Syariat yang telah sempurna ini adalah sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam makna umum. Adapun sunnah itu sendiri, terbagi menjadi empat definisi:
Pertama
Sesungguhnya, segala sesuatu yang terdapat di dalam Al-Kitab (Al-Quran –pen) dan As-Sunnah (hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) adalah sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia merupakan sebuah jalan yang ditempuh oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di antara contoh definisi ini adalah sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,
((مَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِيْ فَلَيْسَ مِنِّيْ))
“Barangsiapa yang menolak sunnahku maka dia bukanlah bagian dariku.” (H.R. Bukhari [5063] dan Muslim [1401])
Kedua
Sunnah yang bermakna “al-hadits”. Hal tersebut jika digandengkan dengan “Al-Kitab”. Di antara contohnya adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
((يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ تَرَكْتُ فِيْكُمْ مَا إِنِ اعْتَصَمْتُمْ بِهِ فَلَنْ تَضِلُّوْا أَبَدًا: كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ))
“Wahai sekalian manusia, sungguh telah aku tinggalkan bagi kalian sesuatu yang jika kalian berpegang teguh dengannya maka kalian kalian tidak akan tersesat selamanya: (yaitu) Kitabullah dan sunnah Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Juga sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,
((إِنِّيْ قَدْ تَرَكْتُ فِيْكُمْ شَيْئَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا بَعْدَهُمَا: كِتَابَ اللهِ وَسُنَّتِيْ))
“Sesungguhnya telah aku tinggalkan dua hal bagi kalian sehingga kalian tidak akan tersesat selamanya setelah berpegang teguh dengan kedua hal tersebut: (yaitu) Kitabullah dan sunnahku.”
Kedua hadits tersebut diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam Mustadrak beliau (I/93).
Di antara bentuk kata “sunnah” yang bermakna “al-hadits” adalah perkataan sebagian ulama dalam menyebutkan beberapa permasalahan, “Dan ini adalah sebuah permasalahan yang berdasarkan dalil Al-Kitab, as-sunnah, dan ijma’ para ulama.”
Ketiga
Sunnah pun dapat didefinisikan sebagai lawan dari bid’ah. Di antara contoh penggunaannya adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits ‘Irbadh bin Sariyah,
((فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّيْنَ الرَّاشِدِيْنَ، تَمَسَّكُوْا بِهَا وَعَضُّوْا عَلَيْهَا بِانَّوَاجِذِ، وَ إِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ؛ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٌ ضَلاَلَةٌ))
“Sesungguhnya barangsiapa di antara kalian yang tetap hidup (setelah kematianku –pen), niscaya akan menyaksikan banyak perselisihan. Maka, berpegang teguhlah kalian dengan sunnahku dan sunnah khulafa’ur rasyidin yang memperoleh petunjuk dan berilmu. Gigitlah sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian, serta berhati-hatilah terhadap perkara-perkara baru yang dibuat-buat. Sungguh, setiap perkara baru yang dibuat-buat adalah bid’ah, dan setiap bid’ah itu sesat!” (Hadits ini dikeluarkan oleh Abu Daud [4607] -–lafal hadits ini adalah milik beliau–, dikeluarkan pula oleh At-Tirmidzi [2676] dan Ibnu Majah [43—44]; At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan shahih”)
Di antara contoh penerapan istilah “sunnah” yang bermakna “lawan dari bid’ah” adalah sebagian ulama hadits zaman dahulu yang menyebut buku-buku karya mereka dalam bidang akidah dengan nama “As-Sunnah”, semisal As-Sunnah karya Muhammad bin Nashir Al-Marwazii, As-Sunnah karya Ibnu Abii ‘Aashim, As-Sunnah karya Al-Laalikaa`i, dan selainnya. Dalam kitab Sunan karya Abu Daud pun terdapat bab berjudul “As-Sunnah” yang memuat banyak hadits tentang akidah.
Keempat
Sunnah pun dapat bermakna “mandub” dan “mustahab”, yaitu segala sesuatu yang diperintahkan dalam bentuk anjuran, bukan dalam bentuk pewajiban. Definisi ini digunakan oleh para ahli fikih. Di antara contohnya adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
((لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِيْ لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَلاَةٍ))
“Seandainya bukan karena takut memberatkan umatku, niscaya akan kuperintahkan mereka untuk melakukan siwak setiap hendak melaksanakan shalat.” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari [887] dan Muslim [252])
Sesungguhnya perintah untuk bersiwak berada pada derajat anjuran, dan hal tersebut semata-mata karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam khawatir akan memberatkan umat beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam jika menetapkannya sebagai sebuah kewajiban.
(terjemahan kutipan dari kitab “Al-Hatstsu ‘Alaa Ittibaa’is Sunnah wat Tahdziiru minal Bida’i wa Bayaanu Khatharihaa”, karya Syeikh ‘Abdul Muhsin bin Hamd Al-’Abbaad Al-Badr)
Oleh: Ummul Hasan Athirah
Muraja’ah: Ust. Aris Munandar
Sumber : http://muslimah.or.id/manhaj/definisi-sunnah.html
READ MORE - Definisi Sunnah

Hakikat Syirik

Syirik merupakan dosa paling besar, kezaliman yang paling zalim, dosa yang tidak akan diampuni Allah, dan pelakunya diharamkan masuk surga serta seluruh amal yang pernah dilakukannya selama di dunia akan hangus dan sia-sia. Oleh sebab itu mengenal hakikat syirik dan bahayanya adalah perkara yang sangat penting.

Dosa yang paling besar

Allah ta’ala berfirman yang artinya,

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia akan mengampuni dosa di bawah tingkatan syirik bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya. (QS. An Nisaa’ : 48, 116).

Syaikh Abdurrahman bin Hasan rahimahullah berkata, “Dengan ayat ini maka jelaslah bahwasanya syirik adalah dosa yang paling besar. Karena Allah ta’ala mengabarkan bahwa Dia tidak akan mengampuninya bagi orang yang tidak bertaubat darinya (Fathul Majid).

Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu bertanya kepada Nabi, “Wahai Rasulullah, dosa apakah yang paling besar ? Maka beliau menjawab, “Yaitu engkau mengangkat tandingan/sekutu bagi Allah (dalam beribadah) padahal Dia lah yang telah menciptakanmu. (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam hadits yang lain dari Abdurrahman bin Abi Bakrah, dari ayahnya, ayahnya berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Maukah aku kabarkan kepada kalian tentang dosa besar yang paling besar ?. Beliau bertanya sebanyak tiga kali. Para sahabat menjawab, “Mau wahai Rasulullah! Lalu beliau bersabda, “Yaitu mempersekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua. Lalu beliau duduk tegak setelah sebelumnya bersandar seraya melanjutkan sabdanya, “Ingatlah, begitu juga berkata-kata dusta. Beliau mengulang-ulang kalimat itu sampai-sampai aku bergumam karena kasihan, “Mudah-mudahan beliau diam. (HR. Bukhari dan Muslim).

Oleh karena itulah, Adz Dzahabi yang menulis kitab Al Kaba’ir menempatkan dosa syirik kepada Allah sebagai dosa besar nomor satu sebelum dosa-dosa yang lainnya. Beliau berkata, “Dosa besar yang terbesar adalah kesyirikan kepada Allah ta’ala.. (Al Kaba’ir)

Kezaliman yang paling zalim

Allah ta’ala berfirman yang artinya,

“Sungguh Kami telah mengutus para utusan Kami dengan keterangan-keterangan, dan Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca supaya manusia menegakkan keadilan (QS. Al Hadiid : 25).

Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa di dalam ayat ini Allah memberitakan bahwa Dia mengutus para Rasul-Nya, menurunkan kitab-kitab-Nya supaya manusia menegakkan al qisth yaitu keadilan. Salah satu nilai keadilan yang paling agung adalah tauhid. Ia adalah pokok keadilan yang terbesar dan pilar penegaknya. Sedangkan syirik adalah kezaliman yang sangat besar. Sehingga syirik merupakan kezaliman yang paling zalim, sedangkan tauhid merupakan keadilan yang paling adil (Ad Daa’ wa Ad Dawaa’).

Perhatikanlah firman Allah yang mulia yang mengisahkan nasehat seorang ayah yang bijak kepada puteranya, yang artinya,

“Wahai puteraku, janganlah berbuat syirik kepada Allah, karena sesungguhnya syirik itu adalah kezaliman yang sangat besar. (QS. Luqman : 13).

Ibadah adalah hak Allah, maka memperuntukkan ibadah kepada selain Allah adalah pelanggaran hak. Oleh sebab itu syirik disebut sebagai kezaliman, bahkan inilah kezaliman terbesar yang harus ditumpas oleh umat manusia! Sampai-sampai beberapa hari menjelang wafatnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masih sempat memperingatkan umat dari bahaya syirik dalam masalah kuburan. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Allah melaknat kaum Yahudi dan Nasrani karena mereka menjadikan kubur-kubur Nabi mereka sebagai tempat ibadah. Ketahuilah sesungguhnya aku melarang kalian dari perbuatan itu. ‘Aisyah mengatakan, “Beliau memberikan peringatan keras dari perbuatan mereka itu. (HR. Bukhari dan Muslim).

Pelanggaran terhadap hak Sang pencipta

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya kepada Mu’adz, “Wahai Mu’adz, tahukah kamu apa hak Allah atas hamba dan hak hamba atas Allah ? Maka Mu’adz menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu. Lalu Rasul bersabda, “Hak Allah atas hamba adalah mereka menyembah-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Sedangkan hak hamba atas Allah adalah Allah tidak akan menyiksa hamba yang tidak mepersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.(HR. Al Bukhari dan Muslim).

Syaikh Abdullah bin Shalih Al Fauzan berkata, Hadits ini menunjukkan bahwasanya Allah subhanahu wa ta’ala memiliki hak yang harus ditunaikan oleh para hamba. Barangsiapa yang menyia-nyiakan hak ini maka sesungguhnya dia telah menyia-nyiakan hak yang paling agung. (Hushul Al Ma’mul)

Dosa yang tak terampuni

Seandainya seorang hamba berjumpa dengan Allah ta’ala dengan dosa sepenuh bumi niscaya Allah akan mengampuni dosa itu semua, akan tetapi tidak demikian halnya bila dosa itu adalah syirik. Allah ta’ala berfirman melalui lisan Nabi-Nya dalam sebuah hadits qudsi,

“Wahai anak Adam, seandainya engkau menjumpai-Ku dengan membawa dosa kesalahan sepenuh bumi dalam keadaan tidak mempersekutukan Aku, niscaya Akupun akan menjumpaimu dengan ampunan sepenuh itu pula (HR. Tirmidzi, disahihkan oleh Al Albani dalam Ash Shahihah 127).

Bahkan, di dalam Al Qur’an Allah telah menegaskan dalam firman-Nya yang artinya,

“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni dosa yang berada di bawah tingkatan syirik bagi orang-orang yang dikehendaki-Nya (QS. An Nisaa’ : 48 dan 116).

Ibnu Katsir rahimahullah menafsirkan ayat di atas, “Allah ta’ala mengabarkan bahwasanya Dia tidak akan mengampuni dosa syirik, artinya Dia tidak mengampuni hamba yang bertemu dengan-Nya dalam keadaan musyrik, dan (Dia mengampuni dosa yang dibawahnya bagi orang yang dikehendaki-Nya); yaitu dosa-dosa (selain syirik-pent) yang akan Allah ampuni kepada hamba-hamba yang dikehendaki-Nya. ( Tafsir Ibnu Katsir).

Kekal di dalam neraka

Allah ta’ala berfirman yang artinya,

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dari kalangan ahli kitab dan orang-orang musyrik berada di dalam neraka Jahannam dan kekal di dalamnya, mereka itulah sejelek-jelek ciptaan. (QS. Al Bayyinah : 6).

Dari Jabir radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Barang siapa yang berjumpa Allah dalam keadaan tidak mempersekutukan sesuatupun dengan-Nya, niscaya masuk surga. Dan barang siapa yang berjumpa Allah dalam keadaan memepersekutukan sesuatu dengan-Nya, maka dia masuk neraka. (HR. Muslim)

Pemusnah pahala amalan

Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sesungguhnya orang pertama kali diadili pada hari kiamat adalah seseorang yang mati syahid di jalan Allah. Dia didatangkan kemudian diingatkan kepadanya nikmat-nikmat yang diberikan kepadanya maka dia pun mengakuinya. Allah bertanya, “Apa yang kamu lakukan dengannya ? Dia menjawab, “Aku berperang untuk-Mu sampai aku mati syahid. Allah berfirman, “Engkau dusta, sebenarnya engkau berperang karena ingin disebut sebagai pemberani. Dan itu sudah kau dapatkan. Kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk menyeretnya tertelungkup di atas wajahnya hingga dilemparkan ke dalam neraka. Kemudian ada seseorang yang telah mendapatkan anugerah kelapangan harta. Dia didatangkan dan diingatkan kepadanya nikmat-nikmat yang diperolehnya. Maka dia pun mengakuinya. Allah bertanya, “Apakah yang sudah kamu perbuat dengannya ? Dia menjawab, “Tidaklah aku tinggalkan suatu kesempatan untuk menginfakkan harta di jalan-Mu kecuali aku telah infakkan hartaku untuk-Mu. Allah berfirman, “Engkau dusta, sebenarnya engkau lakukan itu demi mendapatkan julukan orang yang dermawan, dan engkau sudah memperolehnya. Kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk menyeretnya tertelungkup di atas wajahnya hingga dilemparkan ke dalam neraka. Kemudian seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya dan juga membaca Al Qur’an. Dia didatangkan kemudian diingatkan kepadanya nikmat-nikmat yang sudah didapatkannya dan dia pun mengakuinya. Allah bertanya, “Apakah yang sudah kau perbuat dengannya ? Maka dia menjawab, “Aku menuntut ilmu, mengajarkannya dan membaca Al Qur’an karena-Mu. Allah berfirman, Engkau dusta, sebenarnya engkau menuntut ilmu supaya disebut orang alim. Engkau membaca Qur’an supaya disebut sebagai Qari’. Kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk menyeretnya tertelungkup di atas wajahnya hingga dilemparkan ke dalam neraka. (HR. Muslim).

Kehilangan rasa aman dan petunjuk

Allah ta’ala berfirman yang artinya,

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuri keimanan mereka dengan kezaliman, mereka itulah yang akan mendapatkan keamanan dan merekalah orang yang mendapatkan hidayah (QS. Al An’aam : 82).

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud, ketika ayat ini diturunkan para sahabat mengatakan, Wahai Rasulullah. Siapakah di antara kita ini yang tidak melakukan kezaliman terhadap dirinya? Maka Rasulullah pun menjawab, Maksud ayat itu tidak seperti yang kalian katakan. Sebab makna,Tidak mencampuri keimanan mereka dengan kezaliman adalah (tidak mencampurinya) dengan kesyirikan. Bukankah kalian pernah mendengar ucapan Luqman kepada puteranya,Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, karena sesungguhnya syirik itu adalah kezaliman yang sangat besar. (HR. Bukhari).

Semoga Allah menyelamatkan diri kita dari bahaya syirik, yang tampak maupun yang tersembunyi.

Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi
sumber :http://muslimah.or.id/aqidah/memahami-hakikat-syirik.html
READ MORE - Hakikat Syirik

'IBROH

Saturday, February 19, 2011

Peluang Tegaknya Khilafah Di Timur Tengah

Krisis di Timur Tengah mulai saat Khilafah Islam dalam keadaan mundur. Satu persatu wilayah kekhalifahan Islam dicaplok oleh negara negara imperialis terutama Inggris, Jerman, Prancis, Italia, dan Rusia. Karena penghalang Utama imperialisme Barat pada waktu itu adalah khilafah Islam, maka target negara negara imperialis agar penjajahan mereka langgeng adalah meruntuhkan Daulah Khilafah Islam. Untuk itu, strategi umum yang dilakukan adalah lewat perang pemikiran, menciptakan agen agen mereka di tubuh umat, dan serangan militer.
Secar pemikiran, negara negara imperialis melakukan pengaburan ide ide Islam sebagai tata nilai yang menyeluruh dan menyebarkan ide ide kufur seperti sekularisme,demokrasi, nasionalisme, dan fatriotisme. Hukum hukum Islam  yang mulia diserang. Sebaliknya, nilai nilai sekularisme ditanamkan agar umat tidak menganggap tegaknya pemerintahan Islam sebagai sebuah kewajiban sehingga Khilafah bukanlah merupakan sistem yang harus dipertahankan. Hal ini tentu saja mengguncangkan kepercayaan umat terhadap Khilafah Islam. Ide ide nasionalisme juga berhasil memecah belah umat. Perkara inilah yang memudahkan misi ini, dinegeri negeri Islam didirikan pusat pusat orientalisme dn misionarisme serta sekolah dan perguruan tinggi asing. Dari lembaga lembaga inilah mereka melakukan serangan pemikiran.
Serangan militer juga dilakukan terhadap wilayah wilayah islam. Persekutuan Barat mengepung Kekhilafahan Ustmaniyah dari berbagai penjuru. Dari Utara, Rusia mendesak ke Asia Tengah dan Lut Hitam, merebut semenanjung Crimee (1774), Kaukasus, Turkestan,dan Iran bagian Utara. Dari Selatan dan Timur, Portugis, Belanda,Inggris dan Prancis berbagi jajaha. Dari Barat Laut, Kerajaan Hasburg merebut Hongariaa dan Yugoslavia. Prancis di bawah Pimpinan Napoleon Bonaprte menyerbu Mesir (1798), yaang kemudian dirampas inggris (1801). Abad ke 19 Inggris merebut India, Burma,dan Malaysia. Belanda merebut Indonesia. Prancis bergerak di Aprika mencaplok Aljazair (1830), Sahara Tengah dan Tunisia (1881), dan Maroko (1906-1912). Inggris pun bergerak menguasai Mesir (1882), Sudan (1890), Zanzibar, Kenya, dan Uganda. Jerman bergerak ke Kamerun dan tanganyika. Italia merebut Eritrea (Rthopia) dan membagi daerah Somalia bersama Inggris. Sementara itu, wilayah lain memisahkan diri dari Khilafah setelah dipengaruhi ide ide Nasionalisme. Satu persatu wilayah Balkan, Yunani, Bosnia,Macedonia,Albania,dan Thrace melepaskan diri. Bisa disebut, awal abad ke 20, wilayah Kekhalifahan hanyalah Turki saja, itu pun sedang mengalami persoalan berat. Tujuan politik negara negara imperialis kemudian berhasil dengan dibubarkannya Daulah Khilafah Islam pada Tahun 1924.
Kondisi ini diperburuk oleh agen agen negara negara imperialis di wilayah Daulah Khilafah yang berkhianat kepada umat dan daulah Khilafah. Untuk itu negara imperialis merebut orang orang seperti Ely SmitH (Beirut), Muhammad Ali (kairo), dan Ibrahim Pasha (Suriah). Satu persatu wilayah Kekhilafahan melepaskan diri dengan cara bersekutu dengan penjajahan. Bersekutu dengan Inggris, keluarga Saudi memberontak terhadap Khilafah. Kamal Attaturk mengerogoti Khilafah Islam dari dalam dengan bekerjasama dengan Inggris. Raja Hussain dan anaknya Abdullah menjadi pemimpin Transyordanoa dengan bantuan inggris
POLA penghianatan seperti ini menjadi bentuk umum untuk menghilangkan pengaruh Khilafah Islam di Timur Tengah.
Akan tetapi sekarang kita telah melihat bersama bagaimana kacaunya pemerintahan beberapa Negara ditimur tengah ini, berbagai konflik, perang dan kerusuhan terjadi, oleh sebab itu masyarakat berdemo ingin menggulingkan presiden dan raja rajanya dikarenakan selama pemerintahan mereka bukannya kedamaian dan kemakmuran yang dirasakan rakyat akan tetapi hanya kerusuhan,peperangan yang menyebabkan kesengsaraan rakyat dan lain lain.
Maka dari itu, inilah peluang yang sangat baik bagi Khilafah Islamiyah merebut kembali Negara negara timur tengah dari kekuasaan kaum yahudi dan sekuler. Karena solusi yang mengakar dan akn menyelesaikan berbagai konflik di timur tengah adalah dengan mengembalikan Daulah Khilafah Islam dan mengganti rezim rezim sekuler boneka Brat. Inilah satu satunya cara yang bisa menghalangi dan menghentikan penjajahan negar negra imperialis di tubuh umat Islam
Wallohu a’lamu bishowab.

READ MORE - 'IBROH

Meningkatkan Rasa Syukur Bag II

Friday, February 18, 2011

Bagaimana cara meningkatkan rasa syukur ?
1.    Luangkan waktu untuk merenungkan  nikmat nikmat yang  sudah Allah berikan kepada kita.
Nikmat itu sangat banyak, bahkan tidak akan terhitung. Lalu mengapa banyak orang yang merasa tidak mendapat nikmat ?

Karena mereka kurang memberikan perhatian terhadap nikmat nikmat yang sudah Allah berikan. Allah mengulang ngulang Ayat “maka nikmat tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” dalam Qs. Ar Rahman, dimana salah satu hikmahnya adalah agar kita lebih memperhatikan terhadap nikmat, kita akan melihat, kita akan ngeh, bahwa nikmat Allah yang kita terima sangat banyak

2.    Berprasangka baiklah Kepada Allah
Banyak nikmat yang tidak terlihat bagi kita. Kita sering menganggap bahwa nikmat itu harus dalam bentuk materi, padahal lebih luas dari itu. Sering kita menganggap bahwa nikmat itu adalah sebuah pemberian, padahal bias saja Allah sudah menghindarkan kita dari suatu musibah yang asalnya akan menimpa kita. Mungkin tidak ada yang bertambah pada diri kita, tetapi terhindar dari musibah bukankan sebuah nikmat yang besar ? Renungkanlah…..

3.    Setelah kita mengetahui bahwa nikmat Allah begitu banyaknya.
Maka langkah selanjutnya  ialah memasukan pengetahuan ini kedalam hati. Agar melekat dengan diri kita sehingga rasa syukur kita akan bertambah. Caranya ialah terus menerus mengingat nikmat dalam berbagai kesempatan. Semakin sering kita mengingat nikmat, akan semakin tetancap dalam hati, maka rasa syukurpun akan meningkat.

Jadi cara meningkatkan rasa syukur diawali dengan pengetahuan akan nikmat yang telah kita terima. Namun tidak cukup hanya pengetahuan saja, karena banyak orang yang tahu tetapi kurang bersyukur. Pengetahuan akan nikmat ini harus tertanamdalam hati kita.

Kita sudah mengetahui bagaimana cara meningkatkan rasa syukur. Mudah mudahan dengan meningkat rasa syukur kita, nikmat kita akan bertambah amin….
READ MORE - Meningkatkan Rasa Syukur Bag II

Prinsip Prinsip Bernegara

A.Pendahuluan
Tugas Negara Menurut  Ungkapan Abdul Hasan Ali Bin Muhammad Al-Mawardi As Suthaniyah Nahd Siyasat Ummah Wa Wa Hirasatul Millah, membangkitkan Politik Umat Dan Menjaga Agama (Dar al-Fikr,Beirut Hal 16) Atau Ungkapan Lain Hirasatuddin Wa Siyasatiddunya, Menjaga Agama dan Mengatur Dunia
B.Amanah
Al-Qur’an Menyebut tujuh kali yang berkaitan dengan amanah ini, Walaupun Tidak disebutkan hanya untuk pemimpin karena semua orang harus amanah. Orang yang memegang amanah disebut amin. Hal ini karena orang yang jujur bias menjamin keamanan buat orang lain. Amanah diambil dari kata amana yang seakar kata dengan amana yang bermakna Iman. Bila iman diartikan “percaya”, maka orang amariah artinya orang yang “dapat dipercaya”, sehingga menjadikan pihak lain “aman” dari segala bentuk penghianatan, penistaan, kezaliman, kerusakan. Amanah juga dapat diartikan ‘ketenangan jiwa dan hilangnya rasa takut’

Dalam al-qur’an menjelaskan tentang amanah yaitu :  Qs. Albaqoroh/283, annisa/58, al anfal/27, Al mukminun 8, al ma’ani 32 dan al ahzab/72.

283.  Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang[180] (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. dan barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

[180]  barang tanggungan (borg) itu diadakan bila satu sama lain tidak percaya mempercayai.

Sementara itu orang yang amanah disebutnya dalam hal ini para rasul dengan uangkapan Rasulun  Amin, tercantum dalam al qur’an  yaitu : Qs. Al-syu’ara/107,125,143,162,178. Nasihun Amin Pada Qs, al a’raf/18,68, yusuf/45. Dalam pada itu. Amanah dalam Al-Qur’an dapat dikatagorikan sebagai amanah dalam utusan :
1.Pribadi
2.Keluarga
3.Masyarakat
4.Negara
Untuk penjelasan katagori amanah nantikan artikel selanjutnya.
READ MORE - Prinsip Prinsip Bernegara

Usaha Untuk Mengalahkan Nafsu Dan Dosa

Thursday, February 17, 2011

Manusia baru dapat terhindar dari penyakit dosa dan kejahatan-kejahatan tatkala ia meyakini bahwa dosa dan kejahatan itu lebih berbahaya dan lebih memudhoratkan dari seorang pencuri, ular atau binatang buas lainnya dsb. Dan tatkala keperkasaan, keagungan serta wibawa Allah setiap saat menjadi pertimbangannya.

Dalam keseharian kita, terlihat nyata bahwa manusia dapat meninggalkan keinginan, kemauan, dan kehendak-kehendak hatinya. Misalnya seorang yang sakit diabetes, dokter benar-benar melarangnya dari memakan makanan yang manis. Maka orang itu, demi nyawanya, menyentuh makanan-makanan manis pun dia tidak mau. Jadi demikian pula halnya keinginan rohani dan dorongan nafsu. Jika keagungan dan keperkasaan Allah ta'ala telah tertanam di dalam kalbunya dengan benar, maka sikap tidak mentaati Allah akan dia rasakan lebih buruk dari memakan api dan lebih buruk dari maut.

Sekian banyak manusia mengetahui kekuasaan dan wibawa Allah ta'ala, dan sekian banyak dia meyakini bahwa mengingkari-Nya merupakan suatu hukuman yang berat, maka sebanyak itu pulalah akan menjauhi dosa, kemungkaran dan menjauhi sikap melawan hukum. Lihat sebagian orang mengalami "kematian" sebelum maut datang. Apa yang dialami oleh para akhyaar, abdaal, dan quthub, apa yang terdapat pada diri mereka? Jawabannya adalah keyakinan itu tadi. Pengetahuan yang penuh yakin serta qath'i, secara pasti dan secara fitra memaksa seseorang untuk suatu hal tertentu. Persangkaan mengenai Allah ta'ala tidaklah dapat mencukupi. Keraguan tidak tidak dapt memberi manfaat. Pengaruh telah ditanamkan hanya di dalam keyakinan. Pengetahuan yang penuh keyakinan mengenai sifat-sifat Allah ta'ala, justru lebih banyak memberikan pengaruh dibandingkan pengaruh yang ditimbulkan oleh halilintar yang sangat menakutkan. Akibat pengaruh itulah orang-orang menundukkan kepala dan membungkuk.

Jadi seberapa banyak keyakinan yang dimiliki seseorang, sebanyak itu pulalah dia akan menghindari dosa.
READ MORE - Usaha Untuk Mengalahkan Nafsu Dan Dosa

Makna Silaturahim Dalam Pandangan Islam

Monday, February 14, 2011

Kalimat silaturahmi berasal dari bahasa Arab, tersusun dari dua kata silah yaitu, alaqah (hubungan) dan kata al-rahmi yaitu, Al-Qarabah (kerabat) atau mustauda Al-Janin artinya “rahim atau peranakan”. (Al-Munawwir, 1638, 1668) kata Al-Rahim seakar dengan kata Al-Rahmah dari kata rahima “menyayangi-mengasihi”. Jadi secara harfiyah Silaturahmi artinya “Menghubungkan tali kekerabatan, menghubungkan kasih sayang”.
Al-Raghib (ayat 191) mengkaitkan kata rahim dengan rahim Al-marah (rahim seorang perempuan) yaitu tempat bayi di perut ibu. Yang bayi itu punya sifat disayangi pada saat dalam perut dan menyayangi orang lain setelah keluar dari perut ibunya. Dan kata rahim diartikan “kerabat” karena kerabat itu keluar dari satu rahim yang sama.
Al-Raghib juga mengutip sabda Nabi, yang isinya menyebutkan, ketika Allah SWT menciptakan rahim, Ia berfirman, “Aku al-Rahman dan engkau Al-Rahim, aku ambil namamu dari namaku, siapa yang menghubungkan padamu Aku menghubungkannya dan siapa yang memutuskan denganmu Aku memutuskannya”.
Ini memberi isyarat bahwa rahmah-rahim mengandung makna Al-Riqqatu (belas-kasihan) dan al-Ihsân (kedermawanan, kemurahan hati).
Ini sejalan dengan pendapat Abdurrahman Faudah (13) yang menyebutkan, “Rahmah adalah belas kasihan dalam hati yang menghendaki keutamaan dan kebaikan”.
Dengan makna di atas, secara harfiyah arti silaturahmi dapat dikatakan pula, menyambungkan kasih-sayang atau kekerabatan yang menghendaki kebaikan. Dan secara istilah makna silaturahmi, antara lain dapat dipahami dari apa yang dikemukakan Al-maraghi (1971, V:93) yang menyebutkan, “Yaitu menyambungkan kebaikan dan menolak sesuatu yang merugikan dengan sekemampuan”.
Selain itu kalimat silaturahmi merupakan uslub Qur’ani, bahasa Al-Qur’ân, bahasa yang digunakan oleh Rasul Saw. Tentu tidak ada bahasa Arab yang lebih baik kecuali bahasanya Al Quran, bahasanya yang digunakan oleh Nabi, bukan bahasa Arab Ashriyah (modern) bukan pula bahasa Arab Amiyah (bahasa Arab pasar) Alquran telah mengisyaratkan tentang hal itu, antara lain firman Allah SWT, dalam Al-Ra’du 21.
Terhadap lafadz Yashiluna para mufashir, seperti Al-Maraghi (V:93) Mahmud Hijazi (II:228) dan Shawi (II:336) Jalaludin al-Syuyuthi (IV:637) tidak berbeda pendapat, bahwa yang dimaksud adalah yashiluuna arrahmi menyambungkan kekerabatan, kasih sayang yang merupakan haq semua hamba.
Dan kata Arrahmi ditunjukan pula oleh al-Kahfi dalam ayat 81 dengan kalimat Aqrabu rahman lebih dalam kasih sayangnya) Jadi silaturahmi itu bahasa Al Quran. Sementara kalimat silaturahmi yang disabdakan oleh Nabi dan sebagai bahasanya Nabi, banyak kita jumpai dalam hadits-hadits, antara lain: “Asra’ul khaira tsawaaban albirra wa shilatur rahmi.” kebaikan yang paling cepat balasannya, yaitu berbuat kebaikan dan silaturahmi.
Seperti telah disebutkan di atas, kata al-rahmi erat kaitannya dengan wanita, yaitu, rahimnya seorang ibu, tempat janin dalam perut seorang wanita. Wanita pada masa Arab Jahili dipandang rendah tidak bernilai, karena itu bayi wanita yang baru lahir dari perut seorang ibu, mereka bunuh. Dan seorang ibu yang ditinggal mati oleh suaminya, dipandang harta pusaka yang dapat diwariskan kepada ahli warisnya.
Silaturahmi yang diperintahkan Allah Swt, tidak dapat dilepaskan dari tugas Rasul untuk melakukan (tazkiyah) pembersihan, yaitu dalam hal ini tazkiyah al-akhlak (Pembersihan prilaku) yang kotor yang dilakukan Arab Jahili, yang memandang wanita tidak benilai Maka untuk itu, Allah dan Rasulnya melarang membunuh anak wanita atau laki-laki, dalam firmannya Al-Anam: 151, dan melarang menjadikan wanita sebagai harta pusaka, dalam firmannya An-Nisa: 19.
Dalam hal berbakti, berbuat kebaikan, menghubungkan tali kekerabatan/silaturahmi, Islam memperhatikan terlebih dahulu kepada wanita. Dengan kata lain silaturahmi mengandung makna “Mengangkat derajat wanita” yang dulu direndahkan oleh orang Arab Jahili.
Hal ini sebagaimana terungkap dalam beberapa hadits Nabi, antara lain, Khalid bin Ma’dan berkata: Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda, sesungguhnya Allah mewasiatkanmu (berbuat baik) kepada ibumu (3X) Kemudian beliau bersabda: Sesungguhnya mewasiatkanmu (berbuat baik) kepada bapakmu (2X) kemudian bersabda, Ia wasiatkan kepadamu (berbuat baik) kepada yang lebih dekat lalu pada yang lebih dekat. (Ibnu Majah)
Dan dalam keterangan lain dari Abi Ramtsah ia berkata: Aku sampai pada Rasulullah, lalu aku mendengar ia bersabda: Berbuat baiklah kepada ibumu, dan bapakmu dan saudara perempuanmu dan saudara laki-lakimu kemudian kepada yang lebih dekat padamu lalu kepada yang lebih dekat padamu (Shahihain).
Dalam Islam, diajarkan pula silaturahmi kepada orang yang telah meninggal, yaitu dengan cara menghubungkan kasih sayang kepada saudara orang yang telah mati yang masih hidup. Dalam sebuah hadits Ibnu Hibban dari Abi Burdah dijelaskan, Ash-Shiddiqi (1977, Al-Islam, II:374) membagi silaturahmi kepada dua bagian, silaturahmi umum dan silaturahmi khusus Silaturahmi umum yaitu, silaturahmi kepada siapa saja; seagama datidak seagama, kerabat dan bukan kerabat. Di sini kewajiban yang harus dilakukan diantaranya menghubungi, mengasihi, berlaku tulus, adil, jujur dan berbuat baik dan lain sebagainya yang bersifat kemanusiaan. Silaturahmi ini disebut silaturahmi kemanusiaan.
Silaturahmi khusus yaitu, silaturahmi kepada kerabat, kepada yang seagama, yaitu dengan cara membantunya dengan harta, dengan tenaga, menolong, menyelesaikan hajatnya, berusaha menolak kemadharatan yang menimpanya, dan berdo’a, dan membimbing agamanya karena takut adzab Allah. Al-Maraghi (V:93) menyebutkan silaturahmi kepada kerabat mu’min, yaitu menghubungkan karena imannya, ihsan, memberi pertolongan, mengasihi, menyampaikan salam, menengok yang sakit, membantu dan memperhatikan haknya.
“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan:dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros”. (QS. 17:26)
“Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Rabbnya dan takut kepada hisab yang buruk”. (QS. 13:21)
Dengan memperhatikan dan membandingkan dua hal di atas (Silaturahmi dan Halal bi halal) Silaturahmi lebih bermakna dari pada halal bi halal. Suatu kegiatan yang mengandung nilai baik, alangkah baiknya jika diberi nama yang baik pula. Tradisi berkumpul, bersalaman, saling memaafkan yang dilakukan sebagian orang di Indonesia setelah Idul Fitri yang suka disebut halal bi halal.
READ MORE - Makna Silaturahim Dalam Pandangan Islam

Akidah, Bukan Soal Strategi atau Pura-pura

Islam adalah ajaran yang bersumber dari wahyu Allah SWT yang nilai kebenarannya bersifat mutlak absolut dan tidak perlu diragukan lagi (QS 2: 2, QS 2: 147, QS 3: 60). Ia adalah ajaran yang jika dilaksanakan secara istikamah dalam kehidupan sehari-hari, akan memberikan rahmat, kasih sayang, dan kenyamanan.
Bukan saja pada umat manusia tanpa membedakan agama dan ras, melainkan juga bagi seluruh alam semesta (QS 21: 107). Betapa tidak, orang yang merusak tanaman dan hewan tanpa alasan yang bisa dipertanggungjawabkan, dianggap sebagai orang yang berbuat fasik dan berbuat jahat yang sangat dimurkai Allah SWT (QS 2: 205).
Adalah dianggap sebagai perbuatan ihsan (sangat terpuji) jika seseorang yang membunuh seekor binatang, melakukannya dengan cara-cara yang baik. Dan, ketika menyembelih, disembelih pula dengan cara yang baik dengan menggunakan pisau yang tajam dan mengistirahatkan terlebih dahulu binatang yang disembelihnya sampai benar-benar mati sebelum diolah atau dimasak (HR Muslim).
Apalagi terhadap manusia sebagai makhluk paling mulia, yang diberikan akal untuk berpikir, hati untuk merasa, telinga untuk mendengar, mulut untuk berbicara, dan mata untuk melihat (QS 16: 78, QS 55: 4). Manusia diberikan kebebasan untuk memeluk sesuatu agama sesuai dengan keyakinannya tanpa ada paksaan sedikit pun (QS 2: 256).
Pemaksaan hanyalah akan mengundang kebencian Allah SWT. Perhatikan firman-Nya dalam QS 10: 99. “Dan, jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka, apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?”
Secara empiris, telah terbukti dalam sejarah bahwa umat Islam sangat toleran terhadap penganut agama lain. Bahkan, ketika umat Islam berkuasa pun tidak ada yang dipaksa untuk memeluk ajaran Islam, termasuk umat Islam di Indonesia yang jumlahnya mayoritas, terkenal sangat toleran pada umat lain, bahkan melindungi mereka.
Toleransi kepada umat lain, bagi umat Islam, merupakan persoalan akidah, bukan persoalan strategi atau berpura-pura untuk mencari kelemahan dan kelengahan umat lain. Karena itu, jika terjadi pertentangan antarumat beragama di Indonesia, dipastikan sumbernya bukan berasal dari umat Islam, melainkan dari umat lain yang sombong dan takabur dengan harta dan kekuasaannya.
Walaupun merupakan mayoritas dan yang lain minoritas, umat Islam bersedia diatur dalam peraturan bersama, yaitu SKB dua menteri, demi kepentingan nasional dan kebersamaan. Justru, sekarang terlihat dengan jelas umat lainlah yang ingin mencabut SKB tersebut agar mereka leluasa menyebarkan agamanya, walaupun kepada umat Islam sekalipun. Jika ini dikabulkan oleh pemerintah (SKB tersebut dicabut), akan terjadi kekacauan dan pertentangan yang sangat merugikan dan melemahkan keutuhan bangsa dan negara serta Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Mudah-mudahan para pemimpin bangsa dan negara serta para pemimpin umat semakin arif dalam menangani kasus-kasus yang berbau SARA tersebut, untuk tidak selalu menyudutkan kelompok-kelompok dalam tubuh umat Islam. Wallahu a’lam bishawab.
Sumber: http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah
READ MORE - Akidah, Bukan Soal Strategi atau Pura-pura

Meningkatkan Rasa Syukur Bag. 1

Friday, February 11, 2011


Tidak diragukan lagi, untuk meraih sukses kita perlu meningkatkan rasa syukur kita terhadap nikmat yang Allah berikan kepada kita. Bagaimana tidak, kita sudah belajar bagaimana manfaat syukur yang luar biasa dalam kehidupan kita. Namun, yang menjadi pertanyaan, kenapa masih banyak orang yang tidak atau kurang bersyukur ? Atau ada juga orang yang merasa sudah bersyukur, tetapi dia merasa tidak ada tambahn nikmat sesuai dengan janji Allah, Padahal janji Allah tidak mungkin salah. Artinya cara bersyukur kita yang salah, kita merasa bersyukur padahal kita belum bersyukur.
Tiga Kesalahan  Dalam Bersyukur.
Jik kita bersyukur, nikmat kita akan ditambah oleh Allah. Mungkin, kita sudah hafal ayat Al Qur’an yng menjelaskan hal ini :”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepada mu” (QS. Ibrahim :7). Lalu, mengapa orang yang merasa sudah bersyukur tetapi merasa tidak mendapat nikmat tambahan ? Karena janji Allah tidak mungkin salah,artinya ada yang salah dengan diri kita. Ada tiga kemungkinan :
1.    Cara kita bersyukur yang salah
2.    Kita kurang peka terhadap nikmat yang sebenarnya sudah Allah berikan kepada kita
3.    Allah memberikan nikmat lain yang terbaik bagi kita, tapi kita tidak menyadrinya.
Pada artikel kali ini saya  akan fokus menyoroti tentang point  kedua  dan ketiga. Dengan dua penyebab itu, kita akan kurang bersyukur, maka  wajar jika nikmat tidak kunjung datang. Kita harus terus meningkatkan rasa syukur kita terhadap nikmat Allah. Insya  Allah, point pertama, cara bersyukur akan dibahas pada artikwel lain.
READ MORE - Meningkatkan Rasa Syukur Bag. 1

SentraClix